Kamu tau sayang? Ketakutan terbesarku bukan marah atau bencimu. Tapi diammu yang seolah aku bukan sesiapa, bukan apa. Aku tiada. Semacam tersesat di dunia tanpa dimensi, tanpa warna, tanpa suara, tak pernah ada. Ya, cuma aku dan terasingku. Bukannya aku tercekat dalam bisuku, aku bisa teriak selantang apa tanpa ada yang butuh dengar. Bukannya aku lumpuh dalam gemingku, aku bisa lari sekencang apa tapi entah aku beranjak. Aku cuma melayang-layang tanpa gravitasi.
Tapi tidak, mungkin aku bukan terjebak di dunia ketiadaan, aku yang hilang. Aku masih di sini bersamamu, bukan dunia yang tak berdimensi, aku yang tanpa materi. Warnaku yang meluruh, tiap partikel tubuhku tak tersentuh. Bahkan hembusan anginpun enggan berbelok demi aku. Tak dikenal, tak terlihat, tak dirasa, tanpa suara. Sepi sendiri, terbelenggu dalam diammu. Hampaku.
Bicaralah, demi Tuhan jangan diam. Jangan hapus aku, aku tak mau hilang. Seperti terkurung aku dengan dinding-dinding gelap kutuk beribu malam, bahkan suaramu dalam bayangpun kurindukan. Marahi aku, maki aku, hujat aku tapi tolong jangan diam. Aku butuh dengar suaramu, cuma itu.
[Sudut Pekanbaru, january 2014]