Jum’at, hari yang ke 25 di bulan Maret 2011. Siang itu matahari tampaknya sedang menunjukkan keganasannya, benda yang terdiri dari molekul-molekul api itu memancarkan sinar yang sangat luar biasa hingga baju yang baru ku kenakkan lima belas menit yang lalu kini basah seperti diguyur hujan. Aku jadi teringat kata-kata yang keluar dari mulut penyiar di radio CBS tadi pagi sebelum solat jum’at:
“Dilaporkan bahwa udara di luar saat ini panas banget,, disarankan bagi kawula muda yang ingin keluar untuk memakai jaket kalo tak mau kulitnya kebakar sinar matahari... Blablabla*(&*(&$#%”
Sebenarnya siang ini rasa malas tengah menghampiriku untuk bepergian keluar rumah, tapi sebuah janji yang telah mengikat ku untuk tetap pergi ke sudut perempatan Jalan Patimura itu. Ya, tempat dimana aku telah berjanji untuk menemani seorang teman laskar pelangi hanya sekedar menghabiskan sore dengan makan sate Nantongga.
Ku lihat jam tangan pemberian ayah, jarum-jarumnya yang selalu berputar - dan kini tepat jarum itu tepat menunjukkan setengah dua. Sembari menunggu sore, kutancapkan si kuda hitam kearah Rumbai utara, tepatnya ke Rumah Langit. Sweater, helm, music player, dan sarung tangan telah kukenakkan untuk bersiap berangkat. Sebuah lagu dari Craig David – Unbelievable mengantarkan ku untuk memulai perjalanan. Sebuah baliho besar bergambarkan dua orang berpasangan menggunakan pakaian yang dominan kuning berdiri tegak tepat di sebelah Lampu lalu-lintas Simpang tiga. Meskipun masa kampanye Pilkada Waliota Pekanbaru belum dimulai, tapi beberapa calon sepertinya telah mencuri start. Seperti yang dilakukan oleh Pasangan yang kulihat pada baliho ini.
Sunyi senyap keadaan Rumah Langit saat itu, Kudapati pintu rumah yang terbuka dan Putra yang sedang tertidur pulas memeluk bantal guling bergambar bunga mawar. Ternyata tidak dibagian belakang, Julenk dan Bichan yang sedang asik bertarung di atas meja pimpong kulihat seperti pertandingan persahabatan antara Cina dan India. Listrik yang mati sejak setengah jam yang lalu membuat mereka melakukan hal paling tidak produktif hingga nanti listrik hidup kembali. Tak terkecuali aku, File Project tugas akhir yang belum rampung menggoda ku untuk melihat dan menggerogohinya. Ya, aku tahu ini masih masa liburan, tapi apa salahnya kita mencuri start dalam hal ini.
Baru saja aku membuka file project TA, terdengar suara dentuman yang berasal dari kamar julenk. Itu menandakan listrik sudah hidup kembali. Speaker aktif yang dibelinya tiga tahun yang lalu itu memang selalu ditinggalkan dalam keadaan “Power On”, jadi ketika listrik hidup setelah mati lampu, dentuman itu selalu keluar dari Mulut Speaker yang berkekuatan 2000 Pmpo itu.
Jika listrik hidup, sudah pastilah internet juga hidup. Niatku untuk melanjutkan pembuatan Project TA kalah saing dengan rayuan gombal sang Mozilla Firefox, -- tab demi tab kubuka. Mulai dari email, blog, facebook, twitter, kaskus, dan terakhir tab pencarian google dengan keyword “Budaya berbagi dalam Komunitas BlogWalking /20’ “.
Sate nantongga |
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 16.30 waktu Indonesia bagian Rumah Langit. Handphone ku tiba-tiba berbunyi, Sebuah sms masuk dari seseorang yang ku kenal parasnya.
From : Febri Silvia Dewi
Time : 16.30
“Kur, aku masih ada urusan dikampus. Tunggu bentar ya, ntar aku kabari lagi..”
Hanya Sebuah kata yang ku tulis untuk membalas sms itu. “Oke…”. Kulanjutkan lagi browsing untuk mencari artikel ataupun tutorial visual c++. Tak banyak tutorial yang kudapat sore ini, dan semua dari yang tidak banyak itu menggunakan bahasa Mr. Obama. Walaupun nilai bahasa Inggris ku selama kuliah tidak pernah mengenyam huruf “A” tapi aku tak patah arang, Semua bisa di atasi. Seperti kata Ranchurdad dalam film 3 Idiot “All Izz Well..” maka semuanya akan baik-baik saja. HP ku kembali berbunyi, sms dari orang yang sama sebelumnya dengan pesan yang berbeda:
From : Febri Silvia Dewi
Time : 16.50
“Kur, aku udah dijalan..”
Kali ini aku membalas tidak dengan satu kata, tapi kumpulan dari beberapa kata yang memiliki satu makna “Ok, kalo gitu aku jalan juga sekarang.. ”. Tanpa perlu berpikir panjang sepanjang jalan kenangan, Sejurus kemudian aku langsung menekan icon “windows” dan memilih “Hibernate”. Si Hitam kumasukkan kedalam tas, dan langsung cabut ke TKP. Aku lebih suka meninggalkan Si Hitam dalam keadaan hibernate karena ketika nanti aku menghidupkannya kembali, aku tahu apa yang harus kulanjutkan.
Beberapa motor kulihat telah memadati parkiran tempat itu, tak terkecuali badan jalan yang juga dipakai oleh pengguna mobil yang memilih untuk memakan sate di dalam mobilnya. Kembali HandPhone ku berbunyi, tapi kali ini berbeda – Suara Jay Sean yang bernyanyi. Segera Kuangkat telepon . Terdengar suara seorang wanita diseberang sana.
“kur, kamu dh dimana??”
“dah di Tempat sate..”
“hmmm,, motor Bi mogok nh.. kehabisan bensin”
“jiahhh,, kamu dimana sekarang?”
“Aku di Jl. Sumatra, tadi tiba-tiba motornya mati..”
"ya udah, aku kesana ya.."
“eh,, gak usah lagi kur. Kamu tunggu disana aja,
Ni Bi udah dapat bensin kok..”
“hmmm,, yakin kamu???”
“Yakiiinn.. :)”
“Ya sudahlah kalo begitu..”
---- telfon terputus----
Cerita ini bersambung di Bag. II yang bisa kamu klik disini